Akhirnya Lubang Misterius Area Persawahan di Sukabumi Temui Titik Terang
Jumat, 30 November 2018
Dilansir dari laman Pusat Informasi Anti Hoaks – Warga resah dengan lubang misterius di area sawah warga Kampung Legoknyenang Sukabumi kian melebar. Hari ini luas diameter lubang bertambah menjadi tujuh meter.
Warga berharap ada penanganan serius karena khawatir lubang terus membesar hingga ke perkampungan.
“Kami khawatir lubang terus membesar, ini baru tadi pagi kejadian. Sepertinya subuh tanah kembali ambles, padahal enggak ada hujan,” kata Yogi Prayoga, warga Legoknyenang, RT 05 RW 02, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (11/9/2018).
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi sudah mengecek kemunculan lubang misterius di area sawah milik warga, Kampung Legoknyenang, RT 05 RW 02, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat.
Badan Geologi memastikan lubang misterius itu disebabkan adanya terowongan air di bawah tanah. Pejabat Fungsional Perekayasa Utama PAGTL Badan Geologi Rustam menjelaskan lokasi titik amblesan terletak di atas terowongan tanah yang dialiri air.
Terowongan tersebut memiliki panjang sekitar 50 meter, dengan tinggi terowongan 3,2 meter dan lebar 2,5 meter. Terowongan yang disebut memicu terjadinya amblesan itu melintas dari arah barat menuju Sungai Cigalunggung.
Bangunan terowongan itu juga tidak diperkuat oleh konstruksi pada dinding dan atapnya. Kondisi tersebut membuat terowongan mudah terkikis oleh air yang mengalir di dalamnya.
“Sehingga menyebabkan adanya rongga bawah tanah yang semakin membesar dan tidak kuat menahan beban tanah di atasnya yang mengalami penambahan tingkat kejenuhan tanah akibat mulai turun hujan,” kata Rustam di Kantor PAGTL Badan Geologi, Kota Bandung, Senin (10/9/2018).
Selain itu, lanjut dia, berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar, lokasi amblesan berada pada formasi batuan Gunung Api Gede. Batuan yang tersusun mudah lapuk dan mudah tergerus air.
“Berdasarkan pengamatan di lapangan, lokasi kejadian berada pada tanah lapukan batuan gunung api berupa pasir tufaan, dengan karakteristik tanah lapuk berwarna kuning kecoklatan, kurang padu, agak gembur karena penggunaan lahan di atasnya berupa sawah, maka tanah tersebut jenuh air,” tuturnya.
Agar tidak terjadi kembali tanah ambles, pihaknya menyarankan untuk dibuat penguatan pada dinding dan atap sepanjang terowongan tanah tersebut. Sehingga bangunan terowongan kokoh dan tanah di atasnya tetap stabil.
“Masyarakat supaya tetap waspada terhadap amblesan tanah, namun tetap tidak panik dengan pemberitaan yang ada,” ujar Rustam.