Alasan Mengapa Orang Menggerakkan Telunjuk Saat Tahiyat Akhir, Ini Hikmah dan Sejarahnya

Alasan Mengapa Orang Menggerakkan Telunjuk Saat Tahiyat Akhir, Ini Hikmah dan Sejarahnya

kita bagaikan umat muslim amat diajarkan untuk senantiasa mengamalkan sunah nabi. Nah, salah  satunya ialah menggerakkan telunjuk jari saat tahiyat akhir.. .

Wacana itu telah dicoba sang rasulullah semenjak dulu. Jika bertanya-tanya mengapa harus menggerakan / posisi jari memilih ketika sholat

berikut pesan tersirat dibalik sejarah sunnah ini

kasus satu ini kerap jadi perdebatan pada golongan para ikhwah. Apakah pada tasyahud mesti menggerakkan jari telunjuk, ataupun jarinya pada kondisi diam aja. Buat permasalahan yang satu ini, kami hanya menukil uraian menurut keliru seseorang ulama aja mengenai status hadits menggerak – gerakkan jari.

Kami tidak sampai berpanjang lebar dalam mangulas tentang ini karna nyatanya di dunia maya juga telah dibahas sang ustadz yg lain. Sampai – sampai kami cukupkan menggunakan uraian pendek menurut ulama mesir, syaikh musthofa angkatan laut (AL) ‘adawi hafizhohullah pada kitab   dia syarh ‘ilalil hadits. Mudah – mudahan berguna.

Syaikh musthofa angkatan bahari (AL) ‘adawi berkata,

menimpa ziyadah (ekstra) lafazh “yuharrikuhaa” (يحركها) adalah pada hadits yg membicarakan isyarat dengan telunjuk kala tasyahud, hadits tersebut diriwayatkan dalam sebagian kitab  .

Sumbernya adalah berdasarkan ‘ashim bin kulaib, dari bapaknya. Berdasarkan wail bin hujr, beliau mengatakan, “aku  katakan, “benar-benar, aku  mencermati shalat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, gimana dia melaksanakan shalat. ” dia berkata, “kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri & jua menghadap kiblat, lalu bertakbir, lalu dia mengangkut kedua tangannya hingga sejajar kedua kuping, dan juga meletakkan tangan kanannya pada atas punggung telapak tangan kirinya. ”

baca pula :

sholat berjamaah nir legal bila makmumnya serupa ini
beserta untuk beribadah, namun ini perbandingan jauh masjid menggunakan mushola
telah ketahui shalat itu harus mengapa masih diremehkan, gak cemas mangkat  serupa ini

sehabis itu saat hendak ruku’ dia mengangkut ke 2 tangannya serupa itu jua. Kala sujud, dia meletakkan kepalanya dengan posisi berposisi pada depannya. Setelah itu sehabis itu dia duduk iftirosy (menduduki kakinya yg kiri). Lalu kala itu beliau letakkan tangan kirinya di atas paha kirinya, sebaliknya siku kanannya diletakkan pada atas paha kanannya, serupa yg dikutip oleh rumaysho. Com

dia menggenggam dua jarinya & jua membikin bundaran. Saya melihatnya mengungkapkan serupa itu. Artinya dia membangun bundaran menggunakan jari jempol dan pula jari tengah (bagi salah  satu riwayat). Lalu beliau berisyarat menggunakan jari telunjuk.

Perkataan kita saat ini adalah dalam lafazh “asyaro bis – sabaabah”, maksudnya beliau berisyarat dengan jari telunjuk. Kebanyakan perowi meriwayatkan hadits serupa itu, ialah dikatakan “dia berisyarat menggunakan jari telunjuk”. Sebagian perowi menyampaikan lagi, “dia berisyarat dengan jari telunjuk & juga berdoa dengannya. ”

terdapat pula zaidah bin qudamah, beliau meriwayatkan hadits menggunakan lafazh, “kemudian beliau mengangkut jarinya, hingga saya memandang dia menggerak – gerakkan jarinya kemudian beliau berdoa dengannya. ”
Alasan Mengapa Orang Menggerakkan Telunjuk Saat Tahiyat Akhir, Ini Hikmah dan Sejarahnya

zaidah rahimahullah bersendirian dalam meriwayatkan perihal ini berubah dengan perowi yang lain. Kelainannya beliau merupakan karna terdapatnya ekstra lafazh “yuharrikuhaa”, maksudnya beliau menggerak – gerakkan jarinya.

Zaidah bin qudamah itu tsiqoh (kredibel) dan jua orang yang mulia, gampang – mudahan allah merahmati beliau. Dia jua ditatap bagaikan orang yang tsiqoh (kredibel) dan juga muthqin (bertenaga hafalannya).

Hendak namun, kebanyakan perowi tidak menyampaikan sebagaimana yang disebutkan oleh zaidah. Sampai – sampai dari ayo kita pisahkan ekstra yg terbuat sang zaidah ialah ekstra “yuharrikuhaa”, maksudnya dia menggerak – gerakkan jarinya. Berikut merupakan tabel bagaikan penjelas yg kami maksudkan. Wabillahit taufiq.

Sebagaimana yang engkau  amati, zaidah cuma bersendirian pada meriwayatkan lafazh “yuharrikuha” (beliau menggerak – gerakkan jarinya).

Ibnu khuzaimah rahimahullah menyampaikan, “nir masih ada dalam satu riwayat yg berkata “yuharrikuha” kecuali menurut riwayat zaidah di mana dia (bersendirian) menyebutkannya. ”

angkatan laut (AL) baihaqi rahimahullah mengungkapkan, “boleh jadi yang diartikan menggunakan yuharrikuha (menggerak – gerakkan jari) merupakan cuma berisyarat dengannya, bukan yg diartikan adalah menggerak – gerakkan jari. Sampai – hingga jika dimaknai serupa ini hingga jadi sinkronlah dengan riwayat ibnu az zubair. Wallahu a’lam. ”

aku  (syaikh mushthofa angkatan laut (AL) ‘adawi) mengungkapkan, “riwayat ibnu az zubair yang dimuntahkan sang muslim cuma mengungkapkan jikalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cuma berisyarat aja & pula nir disebutkan menggerak – gerakkan jari. ”

ulasan secara lengkap tentang tentang ini jua sudah dibahas oleh angkatan bahari (AL) ustadz abu muawiyah hafizhohullah, yang dinukil menurut majalah an nashihah.

Sekali lagi ini adalah perseteruan khilafiyah, jadi kami jua menghargai komentar yg lain. Namun demikianlah komentar yg kami pegang bersumber dalam riset berdasarkan hadits – hadits yang terdapat setimpal menggunakan keterbatasan ilmu yang terdapat dalam kami.

Catatan yg butuh dilihat, bukanlah wajib  terasa aneh bila terdapat yg tidak menggerak – gerakkan jari kala tasyahud. Sebagaimana tidak butuh terasa aneh bila terdapat yang menggerak – gerakkan jari karna sebagian ulama berkomentar serupa ini.
Tetapi sebaik – baik komentar yg diiringi merupakan yang berpegang pada komentar yg kokoh. Bila percaya kalau hadits menggerak – gerakkan jari itu lemah karna menyelisihi poly perowi yang lebih tsiqoh.

Hingga telah sepatutnya yang diiringi merupakan yang percaya merupakan tidak menggerak – gerakkan jari. Namun jangan lupa, tetaplah tolelir dengan komentar yang lain karna pertarungan ini masih pada tataran khilafiyah (silang komentar antara para ulama).

Wallahu a’lam bish showab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel