5 Tradisi Pasca Kematian yang nggak Pernah Terduga, No 4 Sangat Populer


Apa yang terjadi setelah kematian? Ada yang sudah menyiapkan diri untuk kematiannya, atau mewasiatkan hal- hal tertentu tentang bagaimana dirinya ingin diperlakukan setelah mati. Seperti ingin dikremasi, dibaringkan di peti mati bersama benda-benda favorit semasa hidupnya, dan lain sebagainya. 

Tetapi, beberapa suku di berbagai budaya ini memperlakukan kerabatnya setelah meninggal dengan cara cukup unik, bahkan di luar dugaan kita sebelumnya. Siap-siap, artikel ini akan membuatmu merinding hanya dengan membayangkannya saja.

1.Ma’Nene, Mayat Berjalan Leluhur Tana Toraja


Ma’nene adalah tradisi upacara pasca kematian yang dilaksanakan oleh masyarakat Baruppu, di pedalaman Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Ritual Ma’nene dilakukan setiap tiga tahun sekali, biasanya setelah musim panen pada Agustus.

Masyarakat Baruppu tidak mengubur mayat keluarganya, agar memudahkan mereka dalam prosesi ritual, jadi mereka menyimpannya dalam peti mati. Setelah berdoa menurut adat Toraja, beberapa mayat- mayat leluhur dan kerabat mereka akan diangkat dari peti, dipangku dengan berjalan kaki ke kampung melalui satu jalur yang sudah ditentukan.

Para pria akan membentuk lingkaran dan menari lagu adat Toraja sebagai lambang kesedihan. Mayat itu lalu dibersihkan menggunakan kuas, sapu atau kain bersih. Kemudian mayat dipakaikan baju yang baru, lalu kembali dibaringkan di dalam peti.

2.Pemotongan Jari, Ratapan Duka Suku Dani, Papua


Tradisi pemotongan jari yang dilakukan suku Dani di Papua ini memang cukup mengiris hati. Ritual ini melambangkan rasa sakit dan penderitaan ketika mereka kehilangan orang yang mereka cintai. Suku Dani percaya bahwa dengan melakukannya, mereka terhindar dari gangguan roh jahat.

Awalnya mereka mengikat tali yang sangat kencang di jari yang akan dipotong. Kemudian, kerabatnya yang lain akan memotong jari itu dengan kapak, lalu membakar luka yang terbuka. Tapi, ritual ini sudah dilarang dan tidak lagi dilaksanakan di sana karena membahayakan diri.

3.Famadihana di Madagascar, Menari dengan yang Mati.


Ritual ini dilakukan berselang dua sampai tujuh tahun. Tidak berbeda dengan di Toraja, suku Malagasi mengeluarkan mayat atau sisa- sisa tulang belulang dari kuburan, menyemprotnya dengan anggur atau parfum kemudian mengganti kain kafan yang melapisinya.

Tidak hanya itu, mayat akan diajak berpesta, menari di tengah kerumunan sanak keluarga. Tradisi ini menjadi sangat unik karena biasanya lebih meriah dibanding pesta pernikahan. Tradisi ini adalah bentuk penghormatan dari suku Malagasi untuk para leluhur yang sudah memberikan kontribusi besar bagi mereka dalam menjalani kehidupan.

4.Mumifikasi, Seni Kematian Bangsa Mesir Kuno


Mumifikasi mulai digunakan di Mesir pada 2400 SM. Bangsa mesir kuno percaya pada kehidupan abadi, selama keutuhan tubuh dilestarikan, kehidupan setelah kematian bisa dijalani. Proses mumifikasi juga dilengkapi dengan pembangunan makam yang megah dan perbekalan untuk menjalani kehidupan akhirat. Pada awal perkembangannya, hanya Firaun yang patut mendapat perlakuan tersebut. Mumifikasi adalah proses yang panjang.

Sebelum diawetkan dengan beragam rempah dan balsam, organ dalam mayat seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan dikeluarkan lalu disimpan dalam wadah khusus, Mayat kemudian dicuci, dibungkus dengan 35 lapis kain linen, lalu direndam dengan resin dan minyak, ini akan membuat mayat menjadi kering.

5.Memotret Mayat, Gaya Bangsawan Era Victoria


Praktik memotret mayat pada masa kini bisa jadi salah satu tindakan yang mencurigakan, tapi praktik tersebut bukan hal yang asing di abad ke-19, terutama bagi para bangsawan kaya raya. Fotografer di era victoria cukup terampil menggunakan ilusi optik agar potret tersebut tampak dramatis, dan mayat yang menjadi objek potret terasa lebih hidup.

Misalnya menyangga mayat dengan tiang besi dan kayu, atau menggambar mata yang tertutup seolah menjadi terbuka. Potret-potret kematian di era Victoria ini mungkin akan mengaduk perasaanmu, antara kagum, kasihan, sedih, pilu atau menyeramkan.

Itu dia beberapa tradisi unik pasca kematian seseorang dari berbagai belahan dunia. Ngeri-ngeri, ya? Memang jika telah menjadi suatu kebudayaan, tidak ada yang bisa disalahkan. Mereka hanya meneruskan tradisi para leluhurnya saja, kok. Nah, kalau kamu penasaran, bisa tuh kamu mampir main ke Tana Toraja. Selain dapat wisata yang memanjakan mata, kamu juga bisa mendapatkan wisata budaya yang membuatmu kagum sekaligus merinding.

Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel