Takjub, Ternyata Ada Rudal "Sang Malaikat" Pengaman Ibukota Indonesia





Rasanya tak salah bila ada yang menyebut Indonesia menjadi ‘surganya’ rudal MANPADS (Man Portable Air Defense System), pasalnya jenis rudal ber-genre SHORAD (Short Range Air Defence) ini cukup banyak jenisnya, sebut saja ada Strela, Grom, Mistral, RBS-70, Chiron, QW-3, dan yang paling baru Starstreak dari Inggris. Ditengah mendamba kedatangan medium SAM yang tak kunjung tiba, peran MANPADS memang punya porsi tersendiri dalam strategi Arhanud ketiga matra TNI.

Meski cukup banyak memliki varian MANPADS, ironisnya hingga kini Indonesia masih sebatas “negara pasar,” belum ada inovasi dan inisiatif yang berarti untuk mewujudkan rudal MANPADS produksi Dalam Negeri. Berangkat dari kebutuhan yang besar di level satuan, PT Pindad selaku BUMN Strategis telah mengumandangkan proyek MANPADS nasional pada tahun 2016. Tentu bukan perkara mudah untuk mewujudkan rudal hanud yang dipanggul ini, mengingat belum dikuasasinya teknologi sistem pemandu (guidance) dan pendorong (propellant) pada roket berpengendali ini menjadi tantangan tersendiri, yang artinya butuh kemitraan alias ToT (Transfer of Technology) dari industri di luar negeri.

Sistem hanud titik berbasis MANPADS (Man Portable Air Defence System) menawarkan keunggulan pada sisi fleksibilitas deployment dan biaya operasional. Sementara, minusnya basis MANPADS mentok pada doktrin SHORAD (Short Range Air Defence). Rudal-rudal di kelas MANPADS memang punya kecepatan supersonic, namun jarak jangkau yang ditawarkan terbatas, bahkan cenderung diklasifikasikan sebagai VSHORAD (Very Short Range Air Defence).

Atas dasar plus minus di atas, menjadikan pola penggelaran rudal hanud jenis ini punya karakter tersendiri. Semisal untuk melindungi kawasan jantung ibu kota, rudal MANPADS yang ringkas dapat digelar di rooftop, atau puncak gedung pencakar langit. Dengan begitu, selain jangkauan rudal dapat ‘meningkat’ pada sasaran di udara, jarak pandang (visibility) awak satbak (satuan tembak) pun lebih leluasa tanpa adanya halangan.

Selain RBS-70, Arhanud TNI AD juga mempercayakan rudal Mistral dalam platform Atlas untuk sewaktu-waktu digelar di puncak gedung pencakar langit. Mistral Atlas yang sejatinya dipasang pada rantis Komodo, terdiri dari dua peluncur rudal. Konfigurasinya memang terasa lebih ajeg dari RBS-70, namun konsekuensi waktu penggelaran akan lebih lama, karena ukuran mounting yang lebih besar.



Rudal MANPADS Chiron yang dioperasikan Denhanud Paskhas juga ideal digelar di puncak pencakar langit. Sementara rudal MANPADS yang benar-benar dipanggul, seperti QW-3 dan Strela bukan berarti tak cocok untuk misi ini. Namun tanpa dukungan tripod, dikhawatirkan kestabilan gunner akan terganggu saat melakukan pembidikan pada sasaran, terlebih bila kondisi angin yang bertiup kencang di atas gedung tinggi.




hanud di rooftop
Model penggelaran rudal hanud di rooftop untuk melindungi obyek vital (obvit) sudah barang tentu jamak digelar di negara-negara maju. Amerika Serikat menjadi contoh yang menarik, guna melindungi Gedung Putih dan Gedung Parlemen (Capitol Hill) di Washinton DC, beberapa peluncur rudal FIM-92 Stinger dalam platform Avenger dipasang pada beberapa puncak gedung di sekitaran obvit tersebut. Masih kurang? Di greenfield, Gedung Putih juga dilindungi rudal hanud jarak sedang NASAMS (National Advanced Surface to Air Missile System), jenis rudal yang nantinya juga akan digunakan untuk melindungi obvit di Jakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel