Amunisi "Iblis" Produk Indonesia Ini Sangat Diminati Militer Dunia




Selongsong peluru atau patrun adalah benda yang merupakan wadah yang membungkus proyektil peluru dan terdiri dari propelan (biasanya bubuk mesiu), rim, dan primer. Bubuk mesiu berfungsi sebagai pencetus ledakan yang mendorong proyektil peluru dengan energi kinetik. Selongsong peluru baru di kenal pada penggunaan amunisi senjata api modern. Senapan api jenis awal seperti senapan kopak, senapan lontak atau pemuras belum mengenal penggunaan "selongsong" pada sebuah peluru. Mekanisme senjata otomatis dan semi-otomatis (di mana proses keluar masuknya peluru dari senjata adalah secara otomatis) kadang-kadang merusak selongsong peluru dalam proses pelontarannya. Kuningan adalah meterial yang biasa dipakai dalam pembuatan selongsong, yang tahan terhadap korosi dan cukup elastis untuk digunakan berkali-kali dalam proses pengisian-ulang sebuah senjata api. Namun beberapa amunisi "kualitas rendahan" seperti beberapa produksi amunisi militer (biasanya produksi negara-negara sekitar balkan) terbuat dari besi, karena besi lebih murah dari kuningan.



Layaknya standar militer tipikal yang mempertimbangkan bahwa selongsong persenjataan ringan cukup untuk sekali pakai, pengurangan dari segi elastisitas adalah pilihan yang mereka ambil, walaupun berat dari selongsong berdampak pada banyaknya jumlah amunisi yang dapat dibawa oleh seorang prajurit. Dampak pengurangan elastisitas selongsong peluru adalah dapat meledaknya lapisan karbon dari mesiu di sekitar selongsong besi yang kemudian masuk ke ruang pembakaran dan membuat pengeluaran proyektil menjadi sulit, dalam artian umum, senjata tersebut "macet". Ini adalah salah satu problem dari senjata-senjata milik negara-negara Pakta Warsawa, yang didesain memiliki toleransi ruang pembakaran yang lebih besar dibanding senjata milik negara-negara NATO.

Selongsong besi dari sebuah amunisi sering dilapisi dengan lapisan tipis polimer ataupun tembaga yang melindunginya terhadap korosi. Beberapa amunisi juga terbuat dari alumunium. Walaupun lebih elastis daripada besi, namun kurangnya daya tarik dari alumunium saat proses isi-ulang menghambat proses pengisian ulang senjata.


Selongsong peluru secara kedap udara mengunci ruang pembakaran amunisi dari segala arah kecuali pada bagian bawah selongsong tersebut. Setelah pelatuk senapan ditarik, pin pemicu tembakan akan memukul primer (lihat keterangan gambar) dan memicunya, percikan api yang terjadi akibat pikulan pin pada primer akan membakar gas pada bubuk mesiu. Gas yang terbakar dari bubuk mesiu mendorong proyektil peluru lepas dari selongsong-nya. Setelah peluru terlepas, tekanan pada selongsong akan hilang menjadikan selongsong tersebut terlontar keluar dari ruang pembakaran.

Produk militer buatan Indonesia berikutnya adalah amunisi / Peluru. Perusahaan pemerintah berplat merah PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) dalam beberapa dekade ini telah menjadi pemasok utama untuk amunisi / peluru untuk kebutuhan TNI-Polri. Salah satu alutsista militer Indonesia yang merupakan buatan Pindad antara lain dengan berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.



Kualitas dari salah satu senjata buatan indonesia ini ternyata diminati oleh banyak negara terbukti dari ekpor peluru ke beberapa negara seperti Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS). Bahkan negara kecil seperi Singapura sudah memesan 10 juta peluru. Dan 1 juta peluru sudah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000. Bahkan peluru ini juga telah digunakan oleh beberapa negara dalam berbagai misi negara termasuk Indonesia.

Demikian artikel kali ini, semoga memberikan infomasi yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi Sahabat, jangan lupa klik tombol "IKUTI" pada akun ini, nantikan artikel seru dan menarik lainnya, berikan komentar dengan sopan, No SARA dan rapi, terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel