Sungguh Terlalu, Anak Tertawa Saat Makamkan Ibu, Tiba-tiba Berubah Saat Buka Kafan Penutup Wajahnya

  Orang menghadapi ujian, termasuk saat kehilangan orang-orang tercinta, dengan banyak cara. Ada yang biasa saja, ada pula yang terus meratapi kepergian orang terkasih tersebut.

Demikianlah yang disaksikan oleh Muhammad Rafieudin Zainal Rasid, petugas Eksekutif Skuat Pengurusan Jenazah Malaysia.

Dia sudah banyak menyaksikan respons keluarga yang ditinggal selamanya oleh orang-orang terkasihnya.

Terbaru, dia menyaksikan anak laki-laki yang ditinggal oleh sang ibu.

Dia melihat peristiwa itu pada Kamis lalu, saat Rafieudin mengurus jenazah wanita yang meninggal dunia di Rumah Sakit Kuala Lumpur.

Jenazah wanita tua itu diurus di Kuala Lumpur, sebelum dikebumikan di Slim, Perak.

“Ketika saya hadir untuk melihat proses pengurusan jenazah, anak almarhumah datang bertemu dengan saya dengan wajah yang ceria,” tulis Rafieudin.

“Sesekali dia tertawa bersama teman-temannya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saya menjadi heran dan berpikir apakah anaknya tidak sedih dengan kematian ibunya,” tambah dia.

Namun, kata Rafieudin, keceriaan anak lelaki itu hanya sementara.

Setelah dia membuka kain kafan yang menutup muka jenazah sang ibu, semua berubah total.

“Sampai kain penutup wajah ibunya dibuka, barulah wajahnya berubah sayu kemudian dia memeluk anggota keluarga yang lain sambil menangis terisak-isak,” kata dia.

“Begitulah keadaan sebagian manusia di saat kehilangan orang yang dicintai. Dia sebenarnya ingin menyembungikan kesedihan,” tambah dia.

Apalagi, tambah Rafieudin, bila yang kehilangan ibu atau bapaknya itu seorang lelaki. Terkadang ego mereka mengalahkan perasaan.

“Namun sekuat apapun air mata dan perasaan ditahan, pasti akan luntur juga bercucuran air mata saat melihat wajah ibu kita diam membisu,” tulis Rafieudin.

Bukan hanya sekali dua kali, Rafieudin sudah berkali-kali menyaksikan anak-anak yang berusaha tegar saat kehilangan bapak ibu mereka.

Mereka bahkan masih bisa tersenyum di tengah banyak orang.

“Tetapi apabila di rumah dan tamu sudah mulai pulang, barulah perasaan sedih dan sunyi itu timbul dan semakin menebal lalu mengalirlah air mata hingga tidur kelelahan,” tulis dia.

Rafieudin pun berpesan, “Jangan menipu diri sendiri wahai anak. Menangislah saat ayah dan ibumu meninggal dunia. Ketahuilah tangisanmu itu bukanlah sesuatu yang dilarang agama.”

“Bahkan air matamu merupakan suatu sunah tanda menunjukkan kesedihan atas kehilangan orang tersayang.”

Meski demikian, Rafieudin mengatakan bahwa tidak boleh meratapi kematian karena dilarang oleh agama.

“Bagaimanapun teruslah berdoa dan datang menziarahi ahli kubur karena sesungguhnya suatu saat nanti ketika giliran kita tiba, kita juga mengharapkan hal sang sama juga daripada mereka yang masih hidup,” tulis Rafieudin.

Sumber: dream.co.id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel