Cara Membedakan Batuk Alergi, Covid-19, dan Kanker Paru

 Kanker paru merupakan kanker yang paling banyak menyerang orang di seluruh dunia termasuk Indonesia. Salah satu ciri utama kanker paru adalah batuk.

Namun, batuk ini berbeda dengan batuk biasanya yang disebabkan alergi. Berikut cara membedakan batuk alergi, batuk karena kanker paru, juga batuk karena Covid-19.

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel ganas di paru-paru. Kondisi ini menyebabkan sistem pernapasan terganggu sehingga penderitanya mengalami batuk-batuk.

Ahli paru Profesor Anwar Jusuf menyatakan banyak kasus kanker paru ditemukan terlambat.

"Karena umumnya tidak ada keluhan, hanya batuk-batuk saja, sering disangka asma bahkan tuberkulosis," kata Anwar dalam peringatan Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari.

Penelitian oleh dokter di Indonesia menunjukkan 43 persen kanker paru justru pada awalnya didiagnosis dengan tuberkulosis paru.

Menurut Anwar, perbedaan utama batuk biasa dengan batuk pada kanker paru terletak pada respons terhadap obat-obatan.

Batuk pada kanker paru tidak merespons obat-obatan biasa bahkan setelah diberikan dalam hitungan bulan.

"Batuk pada kanker paru tidak merespons obat-obatan bahkan obat tuberkulosis. Kalau tidak ada perbaikan patut curiga dengan kanker," kata Anwar.

Selain itu, batuk pada kanker paru juga dapat diikuti dengan sesak napas, nyeri dada, nyeri bahu atau lengan, nyeri kepala, kelumpuhan sebelah badan seperti stroke, bengkak leher atau lengan. Pada batuk biasa, umumnya tidak diikuti dengan gejala-gejala tersebut.

Pada hasil pemeriksaan, batuk karena kanker paru juga tidak ditemukan kuman tuberkulosis.

Anwar menyarankan jika memiliki batuk yang tidak kunjung sembuh dan terus memburuk segera kunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Sementara, dokter spesialis paru, dr. Kasum Supriadi memberikan keterangan terpisah terkait bedanya batuk karena kanker paru dengan gejala Covid-19. Menurutnya, pada gejala Covid-19 lebih sering didahului dengan demam, gangguan saluran pernapasan, atau gangguan organ lainnya.

Namun, yang patut diketahui bahwa diagnosa infeksi virus corona harus melalui pemeriksaan tes Swab PCR. Hasil dari test Swab PCR ini yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19 sedangkan pemeriksaan kanker paru harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Adapun kanker paru dapat dipicu oleh gaya hidup yang buruk, seperti mengonsumsi makanan junk food, kebiasaan merokok, dan berlebihan mengonsumsi alkohol serta berat badan berlebih.

Selain itu, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga patut diwaspadai.

Jika terdapat pasien kanker paru dalam keluarga, sebaiknya anggota kelarga lain melakukan pemeriksaan dini dan berkala agar diketahui gejala kanker sedini mungkin.

Kasum mengatakan untuk menentukan pasien menderita kanker paru perlu dilakukan diagnosa pasti, yaitu jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru, atau pada pembungkus paru.

"Ada serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru," katanya dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com.

"Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan bahwa pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai," tambahnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel