Sering Mengigau Sampai Berteriak Saat Tidur? Ini Penyebabnya
Jumat, 08 Februari 2019
Mimpi buruk saat tidur, Anda tentu pernah mengalaminya. Namun, pernahkah Anda mengigau sambil berteriak kencang, menendang, atau memukul? Jika Anda pernah mengalaminya, Anda perlu waspada.
Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada fase rapid eye movement (REM). REM adalah tahapan tidur di mana tubuh perlahan mulai rileks dan bersiap-siap memasuki fase deep sleep atau tidur lelap. Dalam fase REM inilah biasanya mimpi terjadi dan otak mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh agar otot-otot beristirahat. Jika fase REM terganggu, sinyal ini akan terhambat, sehingga otot akan terus aktif dengan cara menggerakkan kaki atau tangan, memukul, bahkan menendang. Tidak hanya membuat tidur Anda terganggu, kondisi ini tentu juga akan mengganggu pasangan.
"Belum banyak yang diketahui mengenai gangguan tidur REM, bisa disebabkan oleh konsumsi obat atau gejala awal gangguan saraf, seperti Parkinson's, Lewy body dementia (demensia dengan halusinasi visual, gangguan gerak, dan gangguan tidur), atau multiple system atrophy," papar Ronald Postuma, M.D., M.Sc., peneliti dari McGill University Kanada dan American Academy of Neurology.
Gangguan saat fase REM membuat tidur tidak pulas (Sumber: Kinga Chichewicz)
Dikutip dari situs resmi American Academy of Neurology, Postuma menambahkan, "Mengidentifikasi gaya hidup dan faktor risiko yang berkaitan dengan gangguan tidur ini dapat mempermudah dalam mencari solusi pencegahannya."
Untuk menggali informasi seputar gangguan REM, Postuma membuat penelitian yang melibatkan 30.097 partisipan dengan usia rata-rata 63 tahun. Setiap partisipan didata kondisi kesehatan, gaya hidup, perilaku, sosial, ekonomi, dan psikologisnya. Mereka juga diberi pertanyaan seputar perilaku saat tidur, termasuk pengalaman mengigau.
Sejumlah pengidap gangguan REM tercatat mengonsumsi obat anti depresi (Sumber: Time)
Dari total partisipan yang terlibat dalam penelitian ini, 958 di antaranya diduga mengidap gangguan tidur REM. Jika dibandingkan dengan partisipan yang tidak mengalami gangguan REM, pengidap gangguan REM tercatat 2,5 kali lebih tinggi mengonsumsi obat anti-depresi. Mereka juga 2,5 kali lebih tinggi mengalami gangguan stres pasca trauma.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Neurology edisi Desember 2018 ini juga menyebutkan, mayoritas pengidap gangguan tidur REM merupakan pria. Sebagai catatan, 96% partisipan penelitian ini berkulit putih, sehingga perlu riset lebih lanjut untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini juga berlaku pada etnis lainnya.
Sumber