Selain Indonesia, 3 Negara Ini Punya Tradisi Seputar Ari-ari Bayi, No 3 Tak Lazim


Mengubur ari-ari atau plasenta bayi yang baru lahir merupakan hal sudah menjadi tradisi turun temurun di Indonesia.

Bagi masyarakat Indonesia, plasenta sebenarnya dianggap sebagai kakak kandung atau kembaran bayi yang dilahirkan.

Mereka percaya bahwa plasenta ada untuk berfungsi sebagai pelindung janin sepanjang hidupnya. Itulah sebabnya plasenta atau ari-ari perlu dikubur daripada dibuang.

Bahkan, ada ritual tertentu yang harus dilakukan sebelum penguburan. Pemakaman harus dilakukan oleh ayah bayi.

Namun, sebelum penguburan, plasenta ditempatkan dalam mangkuk bersih dan dicuci dengan benar. Jika tidak, rakyat Indonesia mengatakan bahwa ibu atau bayinya akan jatuh sakit.

Mengapa dianggap sangat penting? Hal ini lantaran Ketika bayi dalam kandungan, plasenta bertanggung jawab untuk memelihara dan melindunginya.

Plasenta jugalah yang membentuk hubungan antara ibu ke bayi, dengan memasok darah melalui tali pusat ke janin yang sedang berkembang.

Tidak hanya itu, ia juga memainkan peran penting dalam sekresi hormon yang diperlukan untuk kehamilan yang lancar dan untuk mempersiapkan tubuh untuk menyusui.

Nah, Bukan hanya di negara kita saja, ternyata tradisi mengubur ari-ari atau plasenta ini juga dilakukan oleh sejumlah negara lain seperti :

1. Turki

Masyarakat Turki percaya bahwa ada hubungan antara seorang anak dan plasenta. Karena alasan ini, tali pusar dan plasenta tidak dibuang mengingat plasenta memengaruhi kehidupan masa depan bayi yang baru lahir.

Jika seorang ayah ingin bayinya tumbuh menjadi individu yang taat, maka harus mengubur plasenta di halaman masjid. Demikian pula jika dikubur di kandang hewan akan menjadi pecinta binatang.

Penguburan ari-ari dilakukan setelah mencuci dan membungkus tali pusar dengan hati-hati sebagai tanda penghormatan, tidak hanya untuk ari-ari, tetapi juga hubungan yang mereka miliki dengan bayi.

2. Malaysia

Orang-orang Malaysia sangat menghormati hubungan antara seorang ibu, bayinya dan plasenta.

Karena alasan inilah maka plasenta, menurut tradisi Melayu, harus dikubur dengan benar. Setelah kelahiran anak, plasenta dan tali pusat perlu dikubur dengan depan pintu rumah.

Setelah dibersihkan, plasenta harus ditempatkan di selembar kain bersama dengan beberapa bumbu termasuk garam dan asam bersama dengan bawang dan banyak lagi.

Setelah selesai, penting juga untuk jarum, buku, dan pensil untuk ditambahkan ke dalam selembar kain.

Semua ini pada dasarnya dilakukan untuk memastikan bahwa anak tersebut tumbuh menjadi individu yang pekerja keras dan anak yang sangat cerdas.

3. Tiongkok

Ada yang berbeda di negara Tiongkok, plasenta bukan dikubur melainkan dimakan. Praktik placentophagy, atau memakan plasenta sendiri, agak umum di negeri ini.

Menurut teks-teks medis yang berasal dari Dinasti Ming, plasenta memainkan peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup serta perkembangan bayi di dalam rahim ibu.

Para ahli pengobatan tradisional Tiongkok percaya bahwa memakan plasenta adalah cara terbaik untuk merayakan kelahiran dan untuk mengisi kembali persediaan ASI.

Pengobatan tradisional Tiongkok menganggap perlu bagi ibu untuk mengkonsumsi plasenta sehingga masalah dengan susu dan laktasi yang tidak mencukupi dapat segera diatasi.

Wah, rupanya memang tradisi dan kepercayaan masing-masing negara soal plasenta sangat berbeda ya. Meski begitu, nampaknya tradisi mengubur plasenta di Indonesia akan terus berjalan.

Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel