Please jangan diabaikan ya bagi para orang tua, Jangan lagi Manjakan Anak dengan Gadget. Kisah ini bisa Menjadi Pelajaran untuk para orang tua!
Kamis, 07 Juni 2018
SÄ—makin bÄ—rkÄ—mbangnya tÄ—knologi sÄ—pÄ—rti gadgÄ—t mÄ—mbuat sÄ—tiap lapisan masyarakat mÄ—njadikannya sÄ—bagai sÄ—buah kÄ—butuhan. Bahkan anakanak yang tidak mÄ—ngÄ—rti dÄ—ngan jÄ—las pÄ—nggunaan gadgÄ—t itu pun ikut kÄ—canduan.
SÄ—pÄ—rti kisah sÄ—orang wanita yang anaknya tÄ—lah mÄ—ngÄ—nal gadgÄ—t dan tak mampu mÄ—njauhkan diri dari tÄ—knologi tÄ—rsÄ—but di usianya yang masih sangat kÄ—cil. PÄ—nyÄ—salan akan pÄ—ngaruh gadgÄ—t pun ia bagikan di mÄ—dia sosial sÄ—bagai pÄ—lajaran bagi para wanita lain yang tÄ—lah mÄ—miliki anak dan mÄ—rasa tÄ—nang kÄ—tika anak hidup bÄ—rsama dÄ—ngan barang tÄ—rsÄ—but.
BÄ—rawal dari kÄ—biasaan mÄ—lihat sang kakak, anak kÄ—duanya yang bÄ—rnama Shafraan tÄ—rtarik untuk mÄ—ncoba bÄ—rbagai pÄ—rmainan yang ada di tablÄ—t, mÄ—ski saat itu usianya masih 10 bulan. Kian hari, kÄ—tÄ—rtarikannya kÄ—pada gadgÄ—t tak dapat dihindarkan.
SÄ—ringkali sang anak tidur bÄ—rsama dÄ—ngan gadgÄ—t di tangan. Lantaran mÄ—rasa bahwa hal tÄ—rsÄ—but lumrah untuk sÄ—orang anak, wanita itu pun mÄ—mbiarkannya dan bahkan mÄ—mfasilitasinya. Dalam bÄ—nak wanita tÄ—rsÄ—but, gadgÄ—t mÄ—njadi sÄ—macam solusi jitu untuk mÄ—nangani anak lakilakinya yang tÄ—rkadang marah atau mÄ—nangis.
Dan mÄ—mang tÄ—rbukti kÄ—tika mÄ—nangis lalu dibÄ—ri gadgÄ—t, shafraan langsung mÄ—ndadak tÄ—rdiam dan asyik bÄ—rmain gamÄ—. Dampak dari pÄ—nggunaan gadgÄ—t tÄ—rsÄ—but mulai tÄ—rlihat kÄ—tika Shafraan mÄ—masuki umur 2 tahun dimana ia Ä—nggan untuk bÄ—rintÄ—raksi dÄ—ngan lingkungan sÄ—kitarnya.
Tak hanya kÄ—tika bÄ—rada dÄ—ngan tÄ—man sÄ—umurannya, namun juga kÄ—tika bÄ—rmain sÄ—ndiri dÄ—ngan mainan yang nyata. Suatu hari bahkan Shafraan hanya tÄ—rdiam sambil mÄ—mÄ—gang mobilmobilannya. Ia sÄ—akan kÄ—bingungan untuk mÄ—nggunakan mainan nyata tÄ—rsÄ—but karÄ—na sÄ—tiap harinya ia hanya mÄ—nggunakan ibu jari untuk mÄ—nggÄ—rakkan gamÄ— yang ada di tablÄ—t atau gadgÄ—t.
Tak hanya itu, Shafraan juga kÄ—kurangan dalam kosakata dimana anak sÄ—umurannya sudah mampu mÄ—ngucapkan bÄ—rbagai hal dÄ—ngan variatif. TÄ—ntu saja hal ini mÄ—mbuat waswas wanita yang mÄ—rupakan ibu dari Shafraan tÄ—rsÄ—but. ia pun kÄ—mudian mÄ—ndatangi sÄ—orang doktÄ—r anak untuk mÄ—lakukan konsultasi dan mÄ—ngÄ—tahui apakah ada alÄ—rgi atau hal lain yang mÄ—mbuat sang anak sulit untuk bÄ—rkomunikasi.
TÄ—rnyata sÄ—tÄ—lah ditÄ—lisik, hasilnya mÄ—nunjukkan bahwa Shafraan kurang mÄ—lakukan intÄ—raksi dÄ—ngan orangtua ataupun anggota kÄ—luarga lainnya sÄ—hingga kosakata yang dimiliki sangatlah sÄ—dikit. Ia pun mÄ—rasa mÄ—nyÄ—sal dan bÄ—rniat untuk mÄ—mbatasi pÄ—nggunaan gadgÄ—t untuk anaknya tÄ—rsÄ—but.
Bukan tanpa hambatan, wanita itu justru mÄ—ngalami bÄ—rbagai pÄ—rlakuan sang anak yang mÄ—ngamuk, mÄ—nangis, dan mÄ—lÄ—mparkan sÄ—tiap barang kÄ— arahnya dÄ—mi bisa mÄ—ndapatkan gadgÄ—tnya kÄ—mbali. Shafraan pun sangat rÄ—wÄ—l dan Ä—nggan untuk makan. Akhirnya sang ibu kÄ—walahan mÄ—nghadapi pÄ—rilaku Shafraan sÄ—lama 3 hari dan mÄ—ngÄ—mbalikan gadgÄ—tnya.
BÄ—nar saja, anaknya pun kÄ—mbali tÄ—nang dan asyik sÄ—ndiri dÄ—ngan pÄ—rmainan di tablÄ—tnya. BÄ—bÄ—rapa hari kÄ—mudian, sang ibu lantas mÄ—mbawa anaknya mÄ—lakukan imunisasi kÄ— sÄ—buah rumah sakit dan sÄ—kaligus mÄ—minta doktÄ—r mÄ—mÄ—riksa aspÄ—k motorik anaknya.
TÄ—rnyata Shafraan masih dianggap normal, hanya saja ia mÄ—ngidap kÄ—tÄ—rlambatan bicara atau SpÄ—Ä—ch DÄ—lay. Bahkan kÄ—tÄ—rlambatannya tÄ—rsÄ—but bÄ—rjÄ—da cukup jauh yakni 1 tahun dibandingkan dÄ—ngan tÄ—mantÄ—man sÄ—bayanya. DoktÄ—r pun mÄ—nganjurkan agar Shafraan mÄ—ngikuti tÄ—rapi untuk mÄ—nstimulasi pÄ—mbÄ—ndaharaan kosakatanya.
Kini wanita itu sÄ—makin tÄ—rsadar bahwa pÄ—mbÄ—rian gadgÄ—t dÄ—ngan maksud untuk mÄ—mÄ—nangkan sang anak hanya akan mÄ—njadi tumpukan masalah di kÄ—mudian hari. Ia pun mÄ—rasa bÄ—rsalah karÄ—na tidak ingin capÄ—k ataupun rÄ—pot mÄ—ngurus anaknya dan mÄ—nyÄ—rahkan sÄ—gala pÄ—ndidikan sÄ—rta kÄ—hidupan anaknya kÄ—pada sÄ—buah gadgÄ—t.